KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia hingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “TRI HITA
KARANA”. Makalah ini disusun dengan
berbagai sumber yaitu media cetak dan media pendukung lainnya. Makalah ini dibuat berbagai tujuan yaitu
sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama , untuk menambah pengetahuan dan
wawasan.
Lahir sebagai manusia sungguh mulia,
sebab dapat memperbaiki karma. Semasih ada kesempatan banyaklah berbuat Dharma.
Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong
konsumerisme, pertikaian dan gejolak. Dengan menerapkan Tri Hita Karana secara
kreatif dan dinamis akan terwujudlah kehidupan harmonis yang meliputi
pembangunan manusia seutuhnya yang astiti bakti terhadap Sanghyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai
dengan sesamanya
Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata
pengantar
Daftar
isi
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
1.4 Manfaat
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Tri Hita Karana
2.2
Bagian-Bagian Tri Hita Karana
2.3
Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-Hari
2.4
Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca Mahabhuta
2.5
Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Nyepi
BAB
3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsep
kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut
memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di
tengah hantaman globalisasi. Pada
dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam
kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan
itu meliputi hubungan dengan ke Tuhanan, hubungan dengan sesama manusia, dan
hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan sesama manusia yang saling terkait satu sama lain. Setiap
hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip
pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila
keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala
tindakan berakses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Hubungan
antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis, bilamana
keharmonisan tersebut di rusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam
akan murka dan memusuhinya.
Oleh
karena itu keberadaan sumber daya manusia menjadi penentu terhadap kondisi
lingkungan hidupnya, baik secara individu maupun secara kolektif melalui suatu
sistem kelembagaan seperti Desa Adat. Untuk itulah perlu adanya tuntutan
tentang kesimbangan hidup syang disebut Tri Hita Karana. Ajaran ini begitu
terkenal di Indonesia, khususnya bagi umat Hindu di Bali. Dan konsepnya pun
begitu ideal.
1.2. Rumusan Masalah
a.
Jelaskan pengertian Tri Hita Karana?
b.
Jelaskan konsep dasar tri hita karana
dalam hubungan manusia dengan Tuhan?
c.
Jelaskan konsep dasar tri hita karana
dalam hubungan manusia dengan lingkungan?
d.
Jelaskan konsep dasar tri hita karana
dalam hubungan manusia dengan manusia?
1.3. Tujuan
a.
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
pebimbing Pendidikan Agama Hindu.
b.
Untuk menambah wawasan tentang Tri Hita
Karana.
c.
Untuk mengetahui cara menerapkan Tri
Hita Karana dalm kehidupan sehari-hari.
d.
Untuk mengetahui sebab akibat hubunga
dari Tri Hita Karana.
e.
Untuk membangun rasa ingin tahu lebih
mendalam mengenai Tri Hita Karana.
1.4. Manfaat
a.
Dapat mengapresiasi Tri Hita Karana
dalam kehidupan.
b.
Dapat menjaga kelestarian Tri Hita
Karana.
c.
Dapat membangun hubungan harmoni dengan konsep Tri Hita
Karana.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tri Hita Karana
Istilah
Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1966, pada waktu
diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat
di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan
kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan
bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat.
Kata
Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya tiga,
Hita artinya sejahtra atau bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi
Tri Hita Karana artinya tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan
kebahagiaan bagi umat manusia. Untuk itu ketiga hal tersebut harus dijaga dan
dilestarikan agar dapat mencapai hubungan yang harmonis. Sebagaimana dimuat
dalam ajaran Agama Hindu bahwa ” kebahagiaan dan kesejahteraan ” adalah tujuan
yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik kebahagiaan atau kesejahteraan
fisik atau lahir yang disebut ” Jagadhita ” maupun kebahagiaan rohani dan
batiniah yang disebut ”Moksa ”
Dalam
ajaran Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab kebahagiaan. Menurut Wiana
(2004) bahwa hakekat Tri Hita Karana adalah sikap hidup yang seimbang antara
memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih
sayang pada alam lingkungan. Ajaran tentang kesimbangan hidup sangat penting
artinya dalam kehidupan manusia, baik untuk menata kehidupan sekarang maupun untuk
menata kehidupan yang akan datang. Ajaran keseimbangan hidup menuntun manusia
agar memperoleh kehidupan yang aman, damai dan sejahtera.
2.2. Bagian-Bagian Tri Hita Karana
Secara
leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita
= sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung
pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan
antara:
a)
Manusia dengan Tuhannya ( Prahyangan)
Kata
Parahyangan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Hyang”, yang
berarti Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi,
kata parahyangan berarti hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, dengan cara menjalankan perintah-NYA dan menjauhi
larangan-NYA.
b)
Manusia dengan alam lingkungannya (
Palemahan)
Kata
palemahan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Lemah”, yang berarti
lingkungan sekitar/alam semesta. Jadi, kata palemahan berarti hubungan yang
harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam semesta. Dengan demikian
selain menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama manusia kita
juga harus menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar/alam
semesta dengan cara menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan.
c)
Manusia dengan sesamanya ( Pawongan).
Kata
Pawongan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Wong”, yang berarti orang
atau manusia. Jadi, kata pawongan berarti hubungan yang harmonis antara manusia
dengan sesama manusia. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang
harmonis dengan sesama manusia, dengan cara saling menghormati dan saling
menghargai satu sama lain.
Untuk
bisa mencapai kebahagiaan yang dimaksud, kita sebagai umat manusia perlu
mengusahakan hubungan yang harmonis ( saling menguntungkan ) dengan ketiga hal
tersebut diatas. Karena melalui hubungan yang harmonis terhadap ketiga hal
tersebut diatas, akan tercipta kebahagiaan dalam hidup setiap umat manussia.
Oleh sebab itu dapat dikatakan hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut
diatas adalah suatu yang harus dijalin dalamhidup setiap umat manusia. Jika
tidak, manusia akan semakin jauh dari tujuan yang dicita-citakan atau
sebaliknya ia akan menemukan kesengsaraan.
2.3. Tri Hita Karana Dalam Kehidupan
Sehari-Hari
Tri
Hita Karana dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan cara
sebagai berikut:
1. Parahyangan
Parahyangan
merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
adalah sebagai berikut:
a. Sembahyang
Tri Sandya 3 kali sehari;
b. Bertirta
yatra;
c. Menyanyikan
kidung suci;
d. Membaca,
memahami dan menjalankan isi kitab suci Veda;
e. Mebanten
setiap hari raya nityakarma maupun naimitika karma;
f. Beryajna
secara tulus ikhlas (nitya yajna maupun naimitika yajna);
g. Melakukan
tapa/semadhi;
h. Membersihkan
tempat suci;
i.
Tidak meminum minuman keras;
j.
Tidak mencuri;
k. Tidak
membunuh;
l.
Dan lain-lain sebagainya.
2. Pawongan
Pawongan
merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Cara
menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia adalah sebagai berikut:
a. Saling
menghormati satu sama lain
b. Saling
menghargai satu sama lain
c. Sopan
santun
d. Ramah
tamah
e. Gotong
royong(saling membantu)
f. Kasih
sayang yang tulus
g. Berani
berkorban demi teman
h. Tidak
iri hati dengan orang lain
i.
Tidak dengki dengan orang lain
j.
Dan lain-lain sebagainya
3. Palemahan
Palemahan
merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam
semesta. Cara menjalin hubungan yang harmonis denganlingkungan sekitar/alam
semesta adalah sebagai berikut:
a. Rajin
membersihkan kamar tidur saat bangun tidur
b. Membersihkan
kamar mandi
c. Membersihkan
halaman rumah(depan,samping maupun belakang rumah)
d. Membuang
sampah pada tempatnya
e. Menjaga
kebersihan taman
f. Menjaga
kebersiahan sekolah maupun kampus
g. Merawat
tanaman(menyiram, memupuk,dan menjaga keindahan tanaman)
h. Melakukan
penghijauan
i.
Tidak menebang hutan sembarangan
j.
Dan sebagainya.
Jika
semua itu sudah dilakukan, astungkara akan tercipta hubungan yang harmonis dalam
kehidupan ini. Serta akan terwujudnya
kehidupan yang damai, tentram, aman dan sejahtera. Dengan demikian sangatlah
penting menjalin hubungan yang harmonis
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kepada sesama manusia serta dengan alam
semesta.
2.4. Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca
Mahabhuta
Dalam
Lontar “Buana Kosa” disebutkan bahwa tubuh manusia diciptakan oleh Yang Maha
Esa dari unsur-unsur alam semesta yang disebut panca mahabhuta, yaitu: pertiwi,
apah, bayu, teja, dan akasa. Oleh karena itu pengertian panca mahabhuta ada
dua, yakni panca mahabhuta yang berbentuk tubuh manusia disebut buana alit, dan
panca mahabhuta yang berbentuk alam semesta disebut buana agung.
Analogi
pemikiran Mpu Kuturan adalah: tubuh manusia sebagai stana sanghyang atma
(Brahman) adalah sakral dan wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian maka alam semesta juga wajib dijaga dan dipelihara, karena
tubuh manusia (buana alit) adalah juga alam semesta (buana agung).
2.5. Tri
Hita Karana Kaitannya Dengan Nyepi
Nyepi
yang dilaksanakan oleh pemeluk Hindu-Bali setiap penanggal ping pisan sasih
kadasa (tanggal satu bulan ke-10 menurut kalender Saka-Bali) dalam rangka
merayakan tahun baru Saka, adalah salah satu pelaksanaan Tri Hita Karana.
Sehari sebelum Nyepi dilaksanakan upacara tawur kasanga (bhuta yadnya pada
akhir bulan ke-9). Bhuta Yadnya dalam kaitan ini berarti “korban yang diadakan
untuk memohon keseimbangan dan keharmonisan alam”. Pada saat Nyepi, umat
Hindu-Bali melaksanakan catur berata (empat pantangan), yaitu:
1. Amati
karya (tidak bekerja);
2. Amati
gni (tidak menyalakan api atau membakar sesuatu);
3. Amati
lelungaan (tidak bepergian); dan
4. Amati
lelanguan (tidak menghibur diri atau bersenang-senang).
Dengan
demikian, aplikasi Tri Hita Karana dalam
perayaan Nyepi terlihat dengan jelas, baik dari aspek pahrayangan, pawongan,
maupun palemahan:
a. Aspek
parhyangan terlihat di saat Nyepi, umat Hindu-Bali melakukan samadi, dan
bersembahyang memuja kebesaran Ida Sanghyang Widhi.
b. Aspek
pawongan terlihat adanya kegiatan dharma santih, yakni saling berkunjung dan
bermaaf-maafan.
c. Aspek
palemahan terlihat dari tujuan tawur kesanga seperti yang diuraikan di atas,
dan dengan adanya catur berata, manusia tidak mengotori udara dengan gas-gas
buangan hasil pembakaran atau dikenal dengan istilah emisi gas rumah kaca.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa sangatlah penting untuk kita
mempelajari konsep Hubungan yang harmonis(Tri Hita Karana) dalam kehidupan ini.
Karena dengan menjalin hubungan yang harmonis dalam kehidupan ini merupakan
dasar untuk mencapai kehidupan yang damai, tentram, aman dan sejahtera.
Dengan
mengetahui konsep Tri Hita Karana, kita jadi lebih paham dan mengerti tentang
konsep ini. Sehingga kita akan berusaha untuk mengamalkan dan menjalankan
konsep Tri Hita Karana sebagai mana mestinya untuk mencapai kebahagiaan lahir
dan bhatin baik secara skala dan niskala.
3.2 Saran
Kami
berharap kepada seluruh umat hindu yang ada khususnya mahasiswa agar menjaga
hubungan harmonis dengan Ide Shang Yang Widhi karena dari situlah kita
mampumengimbangi kesadaran kita sebagai umat manusia sadar akan kepentingan
kita, dengansesama dan lingkungan kita.Beliau
mengajarkan pada umatnya
agar mengindahkan ciptaannya
sehinggaterjadi keselarasan hidup yang ingin dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar