KARYA TULIS ILMIAH
“DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN”
LOGO
DISUSUN
:
NAMA :..................................
KELAS :...................................
...................................................................
TAHUN
AJARAN................../..............
KATA PENGANTAR
Syukur merupakan satu
kata yang pantas diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena Bimbingan –
Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah dengan judul
“Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan”
Makalah ini dibuat
dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan
sebuah karya tulis ilmiah yang dapat di pertanggung jawabkan hasilnya. Saya
ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik
dan sarn dari pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan
Terima kasih dan Semoga
Makalah ini dapat memberikan sumbangan positif bagi kita semua.
...................,...................
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI ..
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1.
Latar Belakang.............................................................................................
1.2.Rumusan
Masalah
1.3.Tujuan...........................................................................................................
1.4.Manfaat.........................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................
2.1. Pengaruh Globalisasi Terhadap Dunia
Pendidikan...............................
2.2. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia
Pendidikan Indonesia.... :
2.2.1. Pengajaran Interaktif Multimedia.............................................
2.2.2. Perubahan Corak Pendidikan...................................................
2.3. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia
Pendidikan Indonesia:.
2.3.1. Komersialisasi Pendidikan........................................................
2.3.2 Bahaya Dunia Maya.................................................................
2.3.3 Ketergantungan........................................................................
2.3.4. Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia.................................
2.3.4.1 Paradigma Pendidikan Nasional yang
Sekular-Materialistik
2.3.4.2 Mahalnya Biaya Pendidikan.......................................
2.3.4.3.Kualitas SDM yang Rendah.........................................
2.3.4.4
Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi.
2.4. Pentingnya Globalisasi Pada Pendidikan.............................................
2.5. Elemen Yang Bisa Menghadapi Globalisasi
Pada Pendidikan............
2.5.1. Pendidik (Guru.........................................................................
2.5.2 Peserta Didik (Siswa)...............................................................
2.5.3. Orang Tua.................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...........................................................................................
3.2. Saran........................................................................................................
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.5.
LATAR BELAKANG
Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil
dari kata global, yang maknanya ialah universal. Lalu arti Globalisasi adalah
proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur
transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet,
merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling
ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya. Arti Globalisasi
juga adalah suatu proses yang mendunia, tidak kenal batas ruang dan waktu.
Proses globalisasi berlangsung melalui 2 dimensi, yaitu dimensi ruang dan
waktu. Globalisasi berlangsung di semua
bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang
pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama
dalam globalisasi. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan
berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh
karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam
bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
disertai dengan semakin cepatnya arus globalisasi dunia membawa dampak
tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia mulai melakukan
globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada
sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya
bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib
sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah
hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas
internasional.
Salah satu dari
globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa
Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya
selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri
bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan.
Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi
tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah
satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan
masyarakat. Hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan.
Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan
semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang
yang dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan
anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah
harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah
biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik
sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika
gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan
ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.
Kalau arti Pendidikan, yaitu pembelajaran pengetahuan, keterampilan,
dan kebiasaan kelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran,pelatihan,atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara
otodidak.
1.6.RUMUSAN
MASALAH
Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Dampak Globalisasi Terhadap
Pendidikan” ini dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut :
1
Apa dampak dari globalisasi untuk dunia
pendidikan?
2
Apa Penyebab buruknya pendidikan di era
globalisasi?
3
Bagaimana cara penyesuaian pendidikan di
Indonesia pada era globalisasi?
4
Mengapa Globalisasi penting bagi
pendidikan?
5
Siapa yang bisa menghadapi arus
globalisasi dalam dunia pendidikan?
1.7.TUJUAN
1. 1. Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh guru dalam ujian praktek bahasa indonesia. Lalu, bagi saya
pribadi makalah ini juga bisa digunakan
untuk menambah pengetahuan bagi pelajar, baik dalam belajar maupun kehidupan.
2. 2.Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak
globalisasi terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai
globalisasi. Pembaca bisa juga digunakan
makalah ini untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas, sehingga
kedepannya tercipta sumber daya manusia yang unggull
3. 3.Bagi Masyarakat
Supaya masyarakat bisa lebih memahami tentang arti
penting globalisasi sehingga dampak negatif yang sudah ada bisa lebih di
tinggalkan. Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap adanya
pendidikan semakin lebih baik.
1.8.MANFAAT
Supaya bisa memperluas kesempatan studi ke luar
negeri. Lalu, bisa juga menjadi pembanding untuk tenaga yang tidak berkualitas
yang akhirnya jadi pagar sekaligus semangat untuk lebih serius dan berkembang.
Untuk memperluas wawasan, dan semakin canggihnya
ilmu pengetahuan. Selain itu, pikiran kita bisa menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman sekarang. Dan juga pikiran kita semakin berkembang dari
zaman ke zaman. Dan juga kita gak kalah terhadap pendidikan terhadap Negara
lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengaruh
Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan
tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga
pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk
menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan
memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta
memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang
berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam
kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari pengaruh
globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut:
2.2. Dampak
Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia:
2.2.1. Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi,
merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat
klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti
internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur,
sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana
sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang
sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat
digabungkan menjadi suatu proses komunikasi. Dalam fenomena balon atau pegas,
dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika
seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah
objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya.
Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak
seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca
kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual
dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang
lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali,
dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
2.2.2. Perubahan Corak Pendidikan
Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh
negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF
dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan
harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah
diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari
corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan
pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan
karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia
pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet
dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan
serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat
tinggalnya. Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama
didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum
didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun
2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif
siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang
didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam kelas, siswa dituntut untuk
aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas
kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendngarkan dan
mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui
presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu
menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.
2.3. Dampak
Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia:
2.3.1. Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam
pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media
bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis
yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa
tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah
satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa
menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus
membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga
pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166).
2.3.2 Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses
informasi dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa.
Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di
internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan
sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan
seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti
viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6
Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi
meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs
pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
2.3.3 Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer
dan internet dapat menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga
guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa
bantuan alat-alat tersebut.
2.3.4. Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia
2.3.4.1 Paradigma
Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan
di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang sekular-materialstik. Hal
ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI
tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang
berbunyi : Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus dari pasal ini tampak jelas adanya
dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem
pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang
sholeh yang berkepribadian sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan
melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan,
Sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama
melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen
Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah,
kejurusan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu
kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak
berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian
terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama
ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan
menjadi landasan seluruh aspek.
Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang
bisa melahirkan orang yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan umum
yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti gagal membentuk
kepribadian peserta didik dan penguasaan ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan
umum yang ‘buta agama’ dan rapuh kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang
belajar di lingkungan pendidikan agama memang menguasai ilmu agama dan
kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari segi sains dan teknologi. Sehingga,
sektor-sektor modern diisi orang-orang awam. Sedang yang mengerti agama membuat
dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modern.
2.3.4.2 Mahalnya
Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang
sering terlontar di kalangan masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya
biaya untuk mengenyam pendidikan yang bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari
Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi membuat masyarakat miskin
memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan
sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah), dimana di Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ MBS
selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses
atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk, segala
pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun
dalam penggunaan dana, tidak transparan. Karena komite sekolah adalah
orang-orang dekat kepada sekolah.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU
tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari
milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan
politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat
melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum
yang sosoknya tidak jelas. Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara
dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk
memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen
dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan.
Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi
korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Koordinator LSM Education network foa Justice (ENJ),
Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi
pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersalialisasi pendidikan
dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan
begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya
penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya
untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang
mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat
semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara kaya dan miskin.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah,
tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?. Kewajiban Pemerintahlah
untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses
masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataan
Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana
tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’. Fandi achmad
(Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan bahwa “mencermati konteks pendidikan dalam praktik
seperti itu, tujuan pendidikan menjadi bergeser. Awalnya, pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan kelas sosial.
Pendidikan adalah untuk semua. Namun, pendidikan kemudian menjadi perdagangan
bebas (free trade).
Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama
tahun ajaran masuk sekolah dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian
itu, pendidikan justru tidak bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk
mengeruk habis uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun golongan.”
2.3.4.3.Kualitas SDM yang Rendah
Akibat paradigma pendidikan nasional yang
sekular-materialistik, kualitas kepribadian anak didik di Indonesia semakin
memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan dengan
Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan segudang
masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata kualitas
SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan kualitas SDM
yang mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan
pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang
India mendapat posisi bergengsi di pasar Internasional.
Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan
di beberapa daerah di Indonesia masih kekurangan guru, dan ini perlu segera
diantisipasi. Tabel 1. berikut menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk
tingkat TK, SD, SMP dan SMU maupun SMK untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita
masih membutuhkan sekitar 218.000 guru tambahan, dan ini menjadi tugas utama
dari lembaga pendidikan keguruan.
Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya
membutuhkan sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang
baik, tetapi juga diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang
pendidikan non formal.
2.3.4.4 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era
Globalisasi
Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan
kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita
akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa
Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar
untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah
salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif
dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan
tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah
penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada
pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah.
Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah
melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan
sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah
dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang
menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang
lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran
kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas
gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning
(pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan).
Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus
berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan
komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun
2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa
yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.
2.4. PENTINGNYA
GLOBALISASI PADA PENDIDIKAN
Karena Globalisasi sangat erat kaitannya dengan
pendidikan yang didalamnya terdapat proses mempengaruhi dalam segala bidang
terutama dalam ranah pendidikan, yang berimbas pada nlai-nilai moral, sosial,
budaya dan kepribadian yang dapat berdampak positif dan negatif. Pendidikan
tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat
global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi
dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang
lebih komperehensif dan fleksibel. Dan dalam merespon globalisasi, kita
hendaknya tidak terjebak ke dalam sikap-sikap ekstrem, mendukung dan
menerimanya tanpa reserve atau menolaknya mentah-mentah. Akan tetapi, hendaknya
kita bisa bersikap lebih kritis dan kreatif dengan melakukan penelaahan
terhadap setiap sisi dari globalisasi.
2.5. ELEMEN
YANG BISA MENGHADAPI GLOBALISASI PADA PENDIDIKAN
2.5.1. Pendidik (Guru)
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Disamping itu, di era global saat ini dituntut adanya
fungsi dari keberadaan guru sebagai tenaga professional, yang mampu
meningkatkan martabat serta mampu melaksanakan system pendidikan nasional dan
mewujudkan pendidikn nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Maka dari itu, masalah guru merupakan topik yang
tidak pernah habis dibahas dan selalu aktual seiring dengan perubahan zaman dan
pengaruh globalisasi dalam pendidikan, karena permasalahan guru sendiri dan
dunia pendiidkan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan. Pada dasarnya
persoalan etika dan moral anak bangsa, bukan hanya permasalahan guru namun jika
yang dituju adalah moral peserta didik (siswa), maka tidak ada alasan untuk
guru dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus
membina para murid segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai
angka. Akan tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia kerjakan
dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas
peningkatan moral pelajar dan juga kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak
terbatas pada pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling penting adalah
pencetakan karakter murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi
seorang guru karena keterbatasan kontrolling pada murid kerap membuatnya
kecolongan.
Disamping itu, dalam menghadapi era globalisasi guru
dituntut meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Guru
juga harus siap menghadapi kata kunci dunia pendidikan, seperti: kompetisi,
transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dengan demikian kualitas mutu
pendidikan harus sangat diperhatikan oleh para guru untuk menyelamatkan
profesinya.
Untuk itu dalam peningkatan kualitas pengajaran,
guru harus bisa mengembangun tiga intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual,
emosional, dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri murid
sekuat-kuatnya agar terpatri dalam dirinya. Kemudian system pembelajaran yang
kreatif dan inovatif juga menjadi penting bagi guru, sehingga dapat
megembangkan seluruh potensi diri siswa, dan memunculkan keinginan bagi siswa
untuk maju yang diikuti ketertarikan untuk menemukan hal-hal baru pada bidang
yang diminati melalui belajr mandiri (self study) yang kuat. Dengan
perkembangan bidang teknologi informasi semakin mendorong dalam kemajuan bidang
ilmu pengetahuan, sehingga dunia pendidikan harus memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan semaksimal mungkin.
2.5.2 Peserta Didik (Siswa)
Selain tugas utama seorang siswa yaitu belajar,
seorang siswa juga harus mampu memilah dan memilih segala pengaruh yang masuk
dalam dirinya, baik itu pengaruh dari teman sebayanya, lingkungannya, maupun
media masa. Dampak dari pengaruh globalisasi terhadap siswa akan sangat mungkin
berdampak negativ dan menghancurkan dirinya jika tidak segera ditanggulangi.
Baik pengaruh positif maupun negatif dari
globalisasi akan sangat terlihat jelas bagi siswa dalam perilaku dan tingkah
lakunya sehari-hari. Hal itu dikarenakan mereka masih dalam masa-masa labil,
dan masa-masa dimana selalu ingin mencoba sesuatu hal yang dianggap baru. Hal
ini yang perlu diperhatikan bagi orang-rang dewasa yang ada disekitarnya.
Akses internet yang terbuka seluas-luasnya akan
berdampak buruk bagi siswa jika digunakan untuk mengakses video porno, maupun
gambar-gambar lainnya yang tidak sepantasnya mereka akses. Namun akan sangat
baik jika akses interet digunakan oleh mereka untuk mencari informasi dan
pengetahuan sebanyak-banyaknya karena dunia ini akan terasa sempit melaui dunia
maya.
Dua hal yang saling kontradiktif namun sangat dekat
sekali, sehingga tidak jarang yang menyalahgunkan dalam pemanfaatan kemajuan
teknologi bagi siswa. Maka dari itu tiga unsur dasar bagi siswa, yaitu
intelektual, emosional, dan moral sangat penting untuk mereka miliki.
Intelektual murid harus luas, agar ia bisa
menghadapi arus globalisasi dan tidak ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa
arus. Selain itu, dimensi emosional dan spiritual siswa juga harus terdidik
dengn baik, agar bisa melahirkan perilaku yang baik dan bisa bertahan diantara
pengaruh demoralisasi di era globalisasi dengan prinsip spiritualnya.
2.5.3. Orang Tua
Orang tua atau keluarga dianggap sebagai pendidikan
pertama bagi anak sebelum mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh
keluarga juga sangat besar dalam pertumbuhan seorang anak, karena disamping
mempunyai kedekatan secara emosional, mereka juga mempunyai tingkat kebersamaan
yang lebih karena tinggal dalam satu atap atau satu rumah.
Peran orang tua untuk mencari tau segala kegiatan
yang dilakukan oleh anak-anaknya sangat penting, dimana jika keluarga sedikit
mengbaikan itu maka akan berdampak pada kepribadian dan perilaku anak-anaknya
yang tidak terkontrol. Orang tua terkadang memberikan sepenuhnya kepada sekolah
dalam mendidik dan mengembangkan potensi anak, padahal tidak sampai disitu saja
karena kontrol dari sekolah terbatas hanya dalam jam pelajaran sekolah.
Mencari tahu segala kegiatan anak tidak harus dengan
mengikutinya setiap detik dan setiap waktu. Namun bisa dilakukan dengan banyak
hal dan cara, seperti dengan memberikan perhatian, menanyakan dengan siapa
teman bermain, menanyakan keadaan anak kepada guru-guru nya di sekolah, dan
lain sebagainya. Hal seperti ini sangat mudah dilakukan, namun terkadang orang
tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahan tidak mau tahu sehingga anak
seringkali terabaikan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Demikianlah
yang dapat saya
sampaikan mengenai materi
yang telah menjadi
bahasan dalam makalah
ini. Tentu juga makalah
ini banyak kesalahan karena terbatasnya
pengetahuan saya (penulis) serta
rujukan atau referensi yang saya(penulis) peroleh. Saya berharap kritik dan saran yang
bersifat membangun dan lugas dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat
bagi pembaca.
3.2. Saran
Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk:
3.2.1
Masyarakat agar para orang tua
memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga pendidikan
berjalan dengan lancar.
3.2.2
Pemerintah harus menganggarkan dana yang
cukup untuk keperluan pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training
DAFTAR PUSTAKA
(https://anggaradian.wordpress.com/2011/12/30/pengaruh-globalisasi-terhadap-pendidikan-di-indonesia/)
(www.seocontoh.com/2014/03/contoh-karya-ilmiah-tentang-pendidikan.html)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar